Ungkapan “don't judge book
by it's cover” sudah begitu familiar di telinga kita. Ungkapan ini
juga tidak melulu digunakan dalam konteks buku, dalam kehidupan
sehari-hari juga kadang memanfaatkan ungkapan ini untuk menasihati
seseorang agar tidak serta-merta menilai baik atau buruknya seseorang
hanya berdasarkan tampilan luarnya saja. Yang menjadi pertanyaannya
adalah, apakah ungkapan ini bisa dijadikan rujukan dan sesuai dengan
segala kondisi.
Jika ungkapan tersebut
digunakan dalam dunia perbukuan, maka kita akan digiring ke sebuah
opini bahwa tidak baik menilai buku hanya dari sampul luarnya saja
tanpa membaca isinya terlebih dahulu. Ungkapan tersebut tidak
sepenuhnya benar dan juga tidak sepenuhnya salah. Dikatakan tidak
sepenuhnya benar karena banyak dari pembaca buku yang berasumsi bahwa
kover atau sampul buku adalah representasi dari isi buku. Jadi mereka
berpendapat bahwa bagus dan tidaknya buku ditentukan dari bagus dan
tidaknya tampilan sampul depan. Begitu pula sebaliknya, dikatakan
tidak sepenuhnya salah karena terkadang ada buku yang tidak
berbanding lurus dengan isi bukunya. Ada sampul yang begitu menarik,
tetapi ternyata isinya jauh dari harapan. Akan tetapi, ada juga
sampul yang dibuat pas-pasan, namun isinya sungguh berkesan.
Kebetulan saya sudah
mengalami dua hal ini. Saya pernah membeli sebuah buku, sampulnya
bagus, penulisnya juga sudah memiliki nama di Indonesia dan di luar
negeri, tanpa pikir panjang saya langsung membeli buku itu (karena
dari pihak penjual juga melarang membuka plastiknya). Saya berharap
isinya jauh lebih bagus dari sampulnya karena sebelumnya saya juga
pernah membaca karya-karya penulis tersebut. Tapi tak disangka,
isinya amat sangat jauh dari harapan saya. Terus terang saya kecewa,
rasanya tulisan seperti itu jauh dari gaya dan kriteria
tulisan-tulisan sang penulis selama ini. Di lain kesempatan, saya
pernah membaca buku yang dipinjam adik saya dari perpustakaan
sekolahnya. Sekilas buku itu tak menarik sama sekali, antara judul
dan kovernya sudah tidak nyambung apalagi isinya. Karena tidak
ada bahan bacaan lain, saya pun mengambil buku tersebut. Selang
beberapa saat saya baru tersadar ternyata sudah beberapa lembar yang
saya baca. Alhamdulillah, isinya cukup menarik―setidaknya
mematahkan argumen awal saya. Dengan pengalaman ini, ungkapan “don't
judge book by it's cover” bisa benar bisa juga salah.
Terlepas dari itu semua,
sudah selayaknya seorang penerbit membuat kover buku yang sesuai
dengan judul dan isinya. Karena hal ini merupakan bukti bahwa
penerbit tersebut secara tidak langsung menunjukkan keseriusannya
melalui penggarapan kover yang maksimal. Begitu juga sebaliknya,
penerbit yang asal-asalan membuat kover atau lebih terkesan kejar
tayang untuk meraup untung sedini mungkin juga tidak dapat dibenarkan
karena hal ini juga akan berimbas negatif kepadanya di lain waktu.
Lama kelamaan para pembaca
akan semakin cerdas dalam memilih buku. Setidaknya para pembaca akan
memberikan daftar penerbit mana saja yang serius menggarap kover buku
dengan tidak lupa memerhatikan keselarasannya dengan judul dan isi
buku. Dan tidak menutup kemungkinan para pembaca juga akan
meninggalkan para penerbit yang tidak serius menggarap kover, judul,
ataupun isi buku. Oleh karena itu, bagi para pencipta buku (penerbit)
mari kita suguhkan kover yang benar-benar bisa merepresentasikan
judul dan isi buku jangan hanya mengejar untung tanpa memerhatikan
kualitas. Dan bagi para pembaca pandai-pandailah memilih buku agar
kekecewaan yang pernah saya alami tidak terulang kepada Anda. Semoga
ada manfaat dari ulasan singkat ini. Amin. []
Keterangan: Tulisan ini juga dimuat di situs www.proumedia.co.id
Gambar: manistebu.files.wordpress.com
Gambar: manistebu.files.wordpress.com
0 Komentar:
Posting Komentar