Jumat, 20 Januari 2012

Why Should Judge Book by it's Cover...?


Ungkapan “don't judge book by it's cover” sudah begitu familiar di telinga kita. Ungkapan ini juga tidak melulu digunakan dalam konteks buku, dalam kehidupan sehari-hari juga kadang memanfaatkan ungkapan ini untuk menasihati seseorang agar tidak serta-merta menilai baik atau buruknya seseorang hanya berdasarkan tampilan luarnya saja. Yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah ungkapan ini bisa dijadikan rujukan dan sesuai dengan segala kondisi.

Jika ungkapan tersebut digunakan dalam dunia perbukuan, maka kita akan digiring ke sebuah opini bahwa tidak baik menilai buku hanya dari sampul luarnya saja tanpa membaca isinya terlebih dahulu. Ungkapan tersebut tidak sepenuhnya benar dan juga tidak sepenuhnya salah. Dikatakan tidak sepenuhnya benar karena banyak dari pembaca buku yang berasumsi bahwa kover atau sampul buku adalah representasi dari isi buku. Jadi mereka berpendapat bahwa bagus dan tidaknya buku ditentukan dari bagus dan tidaknya tampilan sampul depan. Begitu pula sebaliknya, dikatakan tidak sepenuhnya salah karena terkadang ada buku yang tidak berbanding lurus dengan isi bukunya. Ada sampul yang begitu menarik, tetapi ternyata isinya jauh dari harapan. Akan tetapi, ada juga sampul yang dibuat pas-pasan, namun isinya sungguh berkesan.

Kebetulan saya sudah mengalami dua hal ini. Saya pernah membeli sebuah buku, sampulnya bagus, penulisnya juga sudah memiliki nama di Indonesia dan di luar negeri, tanpa pikir panjang saya langsung membeli buku itu (karena dari pihak penjual juga melarang membuka plastiknya). Saya berharap isinya jauh lebih bagus dari sampulnya karena sebelumnya saya juga pernah membaca karya-karya penulis tersebut. Tapi tak disangka, isinya amat sangat jauh dari harapan saya. Terus terang saya kecewa, rasanya tulisan seperti itu jauh dari gaya dan kriteria tulisan-tulisan sang penulis selama ini. Di lain kesempatan, saya pernah membaca buku yang dipinjam adik saya dari perpustakaan sekolahnya. Sekilas buku itu tak menarik sama sekali, antara judul dan kovernya sudah tidak nyambung apalagi isinya. Karena tidak ada bahan bacaan lain, saya pun mengambil buku tersebut. Selang beberapa saat saya baru tersadar ternyata sudah beberapa lembar yang saya baca. Alhamdulillah, isinya cukup menarik―setidaknya mematahkan argumen awal saya. Dengan pengalaman ini, ungkapan “don't judge book by it's cover” bisa benar bisa juga salah.

Terlepas dari itu semua, sudah selayaknya seorang penerbit membuat kover buku yang sesuai dengan judul dan isinya. Karena hal ini merupakan bukti bahwa penerbit tersebut secara tidak langsung menunjukkan keseriusannya melalui penggarapan kover yang maksimal. Begitu juga sebaliknya, penerbit yang asal-asalan membuat kover atau lebih terkesan kejar tayang untuk meraup untung sedini mungkin juga tidak dapat dibenarkan karena hal ini juga akan berimbas negatif kepadanya di lain waktu.

Lama kelamaan para pembaca akan semakin cerdas dalam memilih buku. Setidaknya para pembaca akan memberikan daftar penerbit mana saja yang serius menggarap kover buku dengan tidak lupa memerhatikan keselarasannya dengan judul dan isi buku. Dan tidak menutup kemungkinan para pembaca juga akan meninggalkan para penerbit yang tidak serius menggarap kover, judul, ataupun isi buku. Oleh karena itu, bagi para pencipta buku (penerbit) mari kita suguhkan kover yang benar-benar bisa merepresentasikan judul dan isi buku jangan hanya mengejar untung tanpa memerhatikan kualitas. Dan bagi para pembaca pandai-pandailah memilih buku agar kekecewaan yang pernah saya alami tidak terulang kepada Anda. Semoga ada manfaat dari ulasan singkat ini. Amin. []



Keterangan: Tulisan ini juga dimuat di situs www.proumedia.co.id
Gambar: manistebu.files.wordpress.com


0 Komentar:

Posting Komentar