Selasa, 10 Januari 2012

Ketika Dizalimi...


Pernahkah Anda merasa dizalimi? Bagiamanakah rasanya? Secara manusiawi orang yang pernah dizalimi akan merasakan sakit hati--setidaknya itu pula yang pernah saya rasakan. Bagaimana dengan Anda? Sekilas pertanyaan itu akan mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa tertentu, yang tergolong perbuatan menzalimi diri kita. Bagi yang belum pernah dizalimi mungkin pertanyaan itu tidak begitu berarti dan tidak pula memunculkan kenangan pahit tertentu seperti yang dirasakan oleh sebagian dari kita. Tapi paling tidak, bagi yang belum punya pengalaman dizalimi dapat belajar dari pengalaman orang-orang yang pernah terzalimi dan mampu mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Amin.

Salah satu kezaliman yang amat menyakitkan adalah ketika berasal dari bagian tubuh yang tak bertulang dan pandai berbohong, apalagi kalau bukan lisan/lidah. Maka tidak berlebihan jika salah seorang pepatah Arab mengatakan, “Selamatnya manusia tergantung dengan penjagaan lisannya” salaamatul insaan fii hifzhil lisaan. Bahkan Rasulullah Saw pernah menasihatkan kepada Ali bin Abi Thalib karamahullahu wajhah terkait perkara ini. Sabda beliau, “Dengan lisan manusia bisa masuk surga dan dengan lisan pula manusia bisa masuk neraka. Sungguh dahsat pengaruh lisan atas apa yang telah diucapkannya. Bagaimana tidak, tajamnya pedang pun tak akan mampu menandingi ketajaman lisan manusia. Jika sayatan pedang bisa sembuh dengan hitungan hari, maka lain ceritanya dengan sakit yang ditimbulkan oleh lisan. Sakit yang disebabkan oleh lisan tidak akan sembuh secepat sembuhnya sayatan pedang, ia bisa sembuh dalam setahun, dua tahun, bertahun-tahun, atau malah bisa tidak sembuh sama sekali sampai terbawa mati. 

Nah, inilah yang ditakutkan. Jika seseorang masih memendam rasa sakitnya atas diri seseorang karena kezalimannya sampai mati, maka bisa dipastikan perkara tersebut akan diselesaikan oleh Allah di Hari Penghitungan kelak. Sungguh jika sebuah kezaliman sampai terbawa ke akhirat maka kezaliman sekecil apa pun akan mendapatkan balasannya. 

Ternyata, selain sakit hati yang didapat oleh orang yang dizalimi, ada segi positif yang akan di dapatkan oleh pihak yang terzalimi, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw:
Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut? Para shahabat pun menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham ataupun harta benda.” Beliau menimpali, “Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.(H.r. Muslim, Tirmidzi, dan Imam Ahmad)

Ya, kelak orang-orang yang terzalimi akan mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya di sisi Allah. Tak ada suap-menyuap ataupun pemutusan perkara yang berat sebelah. Begitu juga sebaliknya, orang yang menzalimi pun akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang pernah dilakukanyya di dunia dahulu. Maka bersabarlah orang-orang yang terzalimi, kalau di dunia ini tidak mendapatkan keadilan masih ada negeri akhirat yang akan menggantikannya. Namun demikan, memaafkan akan jauh lebih baik karena itu menandakan kita meneladani sifat-sifat Rasulullah Saw yang memaafkan kesalahan seorang budak bernama Wahsyi bin Harb yang telah membunuh pamanya, Hamzah bin Abdul Muthalib (Singa Allah) di perang Uhud. Andai pun kelak engkau masih membawa sakit hatimu ke negeri akhirat maka memaafkan pun akan jauh lebih bermanfaat bagimu. 

Rasulullah Saw pernah bersabda, “Barang siapa yang di dalam dirinya ada 3 hal, maka pada hari kiamat nanti Allah akan mudahkan proses hisab terhadap dirinya dan Allah akan memasukkannya ke dalam surga.” Para sahabat bertanya, “Apa yang 3 hal itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw menjawab, “Yaitu engkau tetap memberi pemberian kepada orang yang menolak pemberianmu, engkau menyambung silaturrahim kepada orang yang memutuskannya, dan engkau memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu. Jika engkau lakukan yang demikian, maka engkau akan masuk surga.” (H.r. Imam al-Hakim)

Semoga kita diberi kelapangan untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang yang pernah menzalimi kita, dan Allah berkenan menjaga hati kita dari dendam kesumat yang dihembuskan oleh syaitan yang terkutuk. Adapun bagi yang pernah melakukan kezaliman kepada orang lain, maka segeralah meminta maaf kepada yang bersangkutan dan bertaubatlah untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Karena jika tidak, maka bisa jadi amal-amalmu yang begitu mengagumkan di dunia ini akan sia-sia di hadapan Allah kelak. []



Gambar: 3.bp.blogspot.com

0 Komentar:

Posting Komentar