Kemarin,
tepatnya tanggal 7 Mei 2012, saya dan istri memeriksakan kondisi
kandungan ke salah satu tenaga medis di sebuah apotek. Dua hari
sebelumnya sebenarnya kami sudah memeriksakan kondisi kehamilan,
namun untuk mencari perbandingan hasil USG kami diminta untuk
memeriksakan kondisi janin di tempat yang berbeda (saat ini usia
kehamilan istri sudah di minggu yang ke-36).
Setelah
di USG, bidan pun menjelaskan kepada kami terkait hasil USG-nya.
Alhamdulillah hasilnya positif, hanya ada satu hal yang masih
mengganjal, yakni kepala janin yang belum masuk ke panggul. Kami pun
sempat panik dibuatnya, tapi untung sang bidan tanggap dan segera
memberi keterangan yang cukup membuat kami tenang. Untuk mengatasi
hal tersebut, kata bidan, istri saya harus rajin jalan kaki, latihan
pernapasan, dan memperlama posisi sujud ketika shalat.
Selesai
di tempat tersebut, kami menuju ke tempat satunya di mana kami
memeriksakan kandungan pada dua hari sebelumnya. Kami sampaikan apa
yang dipesankan bidan di tempat periksa tadi. Alhamdulillah bidan
yang satu ini juga ikut menguatkan situasi batin kami terkait posisi
kepala janin yang belum masuk panggul. Saran yang diberikan pun tak
jauh beda, ditambah agar kami sering berdoa menyerahkan semuanya
kepada Sang Pencipta, Allah Swt, setelah semua ikhtiar kami lakukan.
Sebelum
pamit pulang, bidan yang kedua ini menanyakan tentang hal-hal terkait
pasca-kelahiran; imunisasi. Dengan mantap kami pun menjawab bahwa
kami tidak akan melakukan imunisasi terhadap calon bayi kami. Saya
pun berpikir kira-kira apa reaksi sang bidan. Seperti bidan-bidan
yang lain, ia menanyakan apa penyebab saya dan istri bersepakat untuk
tidak mengimunisasi anak kami jika sudah lahir. Sebelum saya sempat
menjawab, istri sudah dengan tegas mengatakan bahwa imunisasi yang
ada saat ini belum jelas halal dan tidaknya. Alhamdulillah
dengan jawaban ini, sang bidan tak berkata banyak; nyaris pasrah,
“Kalau menyangkut agama kami tidak akan bertanya lagi.”
Seumur-umur
baru kali ini saya menemukan bidan yang sangat bijaksana. Karena
biasanya, jika jawaban yang diberikan kepada bidan seperti jawaban
kami, maka bisa dipastikan pasien akan dicecar dengan berbagai
pertanyaan medis yang pasien pun tak tahu maksudnya. Saya cuma
berharap semoga bidan-bidan yang lain pun bisa seperti bidan
tersebut, yakni bisa menghargai keyakinan kami sebagai umat Muslim
yang sangat memerhatikan halal-haram sebuah produk yang akan
dimasukkan ke dalam tubuh kami. Bagi Anda yang mungkin juga di
situasi yang sama seperti kami, bisa juga menggunakan jawaban seperti
yang kami lontarkan. Terakhir, mohon doa dari pembaca semua semoga
proses kelahiran istri saya yang pertama ini bisa berjalan lancar. Amin. []
Gambar: 4.bp.blogspot.com
Gambar: 4.bp.blogspot.com
0 Komentar:
Posting Komentar