Aktivitas menulis sudah berlangsung sejak berabad-abad tahun yang
lalu, ketika manusia meninggalkan zaman pra-sejarah dan memulai zaman sejarah.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya prasasti-prasasti yang tersebar di
berbagai belahan bumi.
Seiring berjalannya waktu, penyebab seseorang melakukan kegiatan tulis-menulis menjadi berbeda. Secara umum, saat ini orang melakukan aktivitas ini karena beranggapan bahwa menulis merupakan sarana yang lebih efektif dalam menyampaikan ide/gagasan daripada menggunakan bahasa lisan. Berikut ini ada beberapa hal yang menyababkan seseorang melakukan kegiatan tulis-menulis.
Seiring berjalannya waktu, penyebab seseorang melakukan kegiatan tulis-menulis menjadi berbeda. Secara umum, saat ini orang melakukan aktivitas ini karena beranggapan bahwa menulis merupakan sarana yang lebih efektif dalam menyampaikan ide/gagasan daripada menggunakan bahasa lisan. Berikut ini ada beberapa hal yang menyababkan seseorang melakukan kegiatan tulis-menulis.
1.
Iseng
Iseng
dapat dikategorikan sebagai penyebab seseorang melakukan kegiatan tulis-menulis.
Di dunia ini banyak hal besar yang pada mulanya berawal dari sautu keisengan.
Lihat saja bagaimana gaya gravitasi ditemukan hanya karena ketidaksengajaan
seorang ilmuwan melihat apel jatuh dari pohonnya. Dan masih banyak hal lain yang ditemukan
justru dari hal-hal yang dianggap remeh. Begitu juga dalam dunia kepenulisan, terkadang
iseng juga dapat dijadikan alasan orang untuk melakukan kegiatan ini.
Pada tingkatan ini, seseorang melakukan kegiatan menulis
hanya pada saat dia berkeinginan untuk menulis. Misalnya, anak remaja yang suka
menulis di “buku harian” jika mengalami hal-hal yang dianggap penting. Intensitas
menulis dalam tahap ini masih sangat minim karena dipengaruhi oleh seberapa
penting objek yang akan ditulis serta mood yang bersangkutan. Kegiatan yang hanya diawali dengan keisengan biasanya menghasilkan sesuatu
yang kurang maksimal. Walaupun pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar,
tetapi alangkah baiknya jika segala sesuatu yang kita kerjakan diawali dengan penuh
kesungguhan sehingga menghasilkan sesuatu yang maksimal.
2.
Tuntutan
Kata tuntutan lebih mengacu kepada sebuah tanggung jawab
sehingga kesan yang ditimbulkan seperti melakukan kegiatan tidak sepenuh hati.
Pada tingkatan ini, seseorang menulis karena ada sesuatu yang mengharuskan
dirinya melakukan hal tersebut. Ada banyak contoh yang mengindikasikan
seseorang melakukan kegiatan tulis-menulis karena tuntutan, misalnya menjadi pegawai administrasi, sekretaris, karyawan kantor, dsb. Orang-orang dengan
profesi tersebut, biasanya kurang memiliki kreatifitas dalam menulis karena setiap hari harus
berkutat dengan tulisan-tulisan resmi yang sudah memiliki gaya dan pola
tertentu. Sehingga penulis di tingkatan ini kurang begitu berkembang.
3.
Hobi
Setiap orang memiliki hobi yang berbeda satu sama lain.
Ada banyak hal yang dapat dijadikan sebagai hobi. Menulis adalah salah satu
dari sekian banyak hobi yang digemari manusia. Seseorang yang menjadikan menulis sebagai
hobi tidak begitu terpengaruh dengan mood, tidak seperti seseorang yang
menulis karena iseng. Penulis tingkatan ini sebagian besar waktunya digunakan
untuk menulis, baik menulis hal-hal fiksi maupun non-fiksi. Orang-orang di
tingkatan ini, biasanya menganggap menulis sebagai hal biasa yang dapat
dilakukan kapan pun tanpa harus menunggu datangnya sebuah mood terlebih
dahulu. Hanya saja objek yang ditulis tidak seidealis seperti para penulis
di tingkatan selanjutnya (menulis sebagai panggilan hidup).
4.
Panggilan Hidup
Dari berbagai hal yang telah dipaparkan di atas, pada
tingkatan inilah kegiatan tulis-menulis akan memberikan manfaat yang jauh lebih
besar. Pada tingkatan ini, seseorang beranggapan bahwa menulis merupakan
panggilan hidup sehingga dia berkewajiban untuk melakukannya. Hal ini bisa
disebabkan karena adanya keterbatasan dalam menyampaikan gagasan melalui bahasa lisan.
Selain itu, ada juga yang menganggap media tulis-menulis lebih efektif
dibandingkan dengan media lainnya.
Orang-orang seperti ini benar-benar menjadikan dunia tulis-menulis
sebagai media untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, saran, yang dirasa perlu
disampaikan agar apa yang menjadi ganjalan hatinnya tidak hanya berhenti dalam benaknya sendiri.
Mereka beranggapan bahwa dengan menulis yang berasal dari
kegelisahan hati atas fenomena yang terjadi akan membawa dampak yang luar
biasa.
Kita bisa melihat bagaimana karya seorang Andrea Hirata
dangan novel-novelnya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi) yang begitu fenomenal,
bahkan sampai difilmkan, begitu menginspirasi masyarakat Indonesia
yang sampai detik ini masih berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Kita juga menjadi saksi, bagaimana seorang Habiburahman El-Shirazi mampu
membius para pembaca dengan novel-novelnya (Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta
Bertasbih) yang menjadi penggugah jiwa bagi para pemuda yang gersang
keimanannya. Kita juga bisa menyimak untaian-untaian kata penggugah jiwa yang
meluncur dari sesosok pemuda bernama Salim A. Fillah dalam karya-karyanya,
seperti Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim, Dalam Dekapan Ukhuwah, Agar
Bidadari Cemburu Padamu, dsb. Kita juga bisa belajar menjadi sosok orangtua
yang begitu dirindukan oleh anak-anaknya dari seorang pegiat parenting
bernama Mohammad Fauzil Adhim melalui salah satu karyanya yang berjudul Saat
Berharga untuk Anak Kita. Dan masih banyak karya-karya lain serta
penulis-penulis lain yang tidak kalah hebatnya, yang menjadikan aktivitas “menulis” sebagai
panggilan hidup atas kegelisahan yang mendera hati dan perlu untuk diluruskan.
Demikian hal-hal yang biasanya menyebabkan seseorang
melakukan kegiatan tulis-menulis. Pada hakikatnya, hanya diri kita dan Tuhan
yang mengetahui apa yang menyebabkan kita gemar menulis. Di mana pun posisi kita tidak perlu dipermasalahkan, yang penting berkontribusilah secara maksimal
sesuai dengan kemampuan kita tanpa berhenti untuk terus meningkatkan kualitas diri. Kontribusi yang kita berikan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk
orang lain dan utamanya untuk
keberlangsungan misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang diembankan
kepada kita selaku khalifah Allah di muka bumi ini. Insya Allah.
“Sebaik-baik manusia di
antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (H.r.
Bukhari) []
Keterangan: Tulisan ini juga
dimuat di situs www.proumedia.co.id
Gambar: 3.bp.blogspot.com
Gambar: 3.bp.blogspot.com
0 Komentar:
Posting Komentar