Selasa, 03 Januari 2012

Tertib di Jalan Raya

Seperti biasa, setiap pagi pukul 07.30 WIB saya berangkat ke kantor. Matahari pagi yang tengah berbinar-binar menerpa setiap sosok yang melintas di jalanan. Akhir-akhir ini jalanan kota Yogyakarta semakin padat. Walau belum separah Jakarta, tapi sudah cukup membuat para pengguna jalan kelimpungan. Padahal, tujuh tahun silam (ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Yogyakarta) kepadatan kendaraan belum seperti ini. 

Berdasarkan data dari nasional.vivanews.com penjualan kendaraan bermotor khususnya roda dua di Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Penjualan sepeda motor pada semester pertama tahun 2011 mencapai 4,07 juta unit meningkat 12 persen di bandingkan tahun 2010 dalam periode yang sama. Hingga semester pertama tahun 2011, sebanyak 92.914 unit sepeda motor didaftarkan di Samsat DIY atau rata-rata perbulannya mencapai 15.500 unit dengan total jumlah kendaraan sampai dengan semester pertama 2011 di DIY mencapai 1,6 juta unit. Sehingga, tidak heran jika setiap pagi selalu terjadi kemacetan di titik-titik tertentu. Polisi pun tak tinggal diam, mereka terlihat ramai di sana-sini guna membantu mengurai kemacetan atau sekadar meniup peluit agar para pengguna jalan berlaku tertib di jalan raya.



Jarak kantor dengan tempat tinggal saya kurang lebih berjarak 10 kilo meter, jarak yang tidak terlalu jauh, bukan? Akan tetapi, rata-rata saya sampai di tempat kerja pukul 07.50 WIB, cukup lama, bukan? Jika dihitung menggunakan rumus fisika (v = s/t) maka rata-rata kecepatan yang dapat dicapai kendaraan saya sekitar 33,3 km/jam. Hal ini mungkin tidak terjadi di daerah-daerah sepi, seperti perdesaan. Malah jarak tersebut bisa ditempuh hanya dalam waktu 10 menit karena kecepatan rata-rata kendaraan di daerah yang sepi bisa mencapai 60 km/jam.

Bertambahnya jumlah kendaraan yang ada tanpa disertai dengan kesadaran masyarakat, maka kesemrawutan di jalan raya akan semakin parah. Coba saja Anda keluar ke area kota di tengah hari, maka kemacetan yang panjang akan Anda temui. Di sisi lain, tidak sedikit orang yang ugal-ugalan di jalan raya, tidak hanya anak muda, orang tua dan para wanita pun tak mau ketinggalan. Pernah suatu kali ketika saya berangkat kerja, seorang pengendara wanita memacu kendaraannya dengan kecepatan layaknya pembalap. Mungkin si oknum wanita tadi tengah mengejar waktu kerjanya, tapi di sisi lain dia tidak mengindahkan pengendara lain yang bisa jadi sangat terganggu dengan praktik nekatnya tersebut. Atau setidaknya tak pernahkan terbersit di pikiran "wanita tersebut" bahwa nyawa yang dititipkan kepadanya itu tak ada yang menjual atau mengobral. Tidak hanya sampai di sini, lampu merah pun kadang tidak digubris oleh sebagian orang, lampu kuning yang artinya pelan-pelan malah jadi ajang kebut-kebutan. Tak ayal kecelakaan pun kerap terjadi karenanya. Data menunjukkan bahwa jenis kendaraan bermotor yang paling banyak terlibat kecelakaan lalu-lintas di DIY adalah jenis kendaraan sepeda bermotor yang mencapai 3.255 atau menempati 79,2% kendaraan yang terlibat kecelakaan (nasional.vivanews.com).

Mungkin ini salah satu dampak dari penerbitan SIM (Surat Izin Mengemudi) yang tidak wajar atau istilah kerennya “nembak”. Jadi wajar saja kalau banyak orang yang tidak paham dengan berbagai rambu yang ada di jalan raya. Sungguh, perilaku masyarakat untuk tertib di jalan raya perlu digalakkan, dan salah satu caranya dimulai dari tertibnya penerbitan SIM. Sehingga, angka kecelakaan yang makin memperihatinkan bisa diminimalisir, dan kecelakaan seperti Bis Sumber Kencono yang terjadi di jawa Timur akhir-akhir ini tidak terulang kembali. Data menunjukkan selama semester pertama di tahun 2011 kecelakaan yang terjadi mencapai 2.302 kejadian, dengan korban tewas mencapai 138 orang dan 506 korban luka berat dan kerugian mencapai diatas Rp 1,5 miliar (nasional.vivanews.com). Semoga saja angka tersebut bisa ditekan sehingga berkendara di jalan raya bukan merupakan hal yang menakutkan. Saya kadang berandai-andai dan mungkin mungkin juga Anda, andai setiap orang mau memahami dan mengamalkan aturan lalu lintas yang ada, mungkin tidak ada lagi penerobos lampu merah, pelanggar marka jalan, kecelakaan yang menghiasi jalanan, dan seabreg permasalahan di jalan raya lainnya.

Semoga bangsa ini bisa berbenah menjadi lebih baik. Ayo, mulailah dari hal-hal yang kecil, dari diri sendiri, dan mulailah saat ini juga (seperti kata Aa' Gym). Tidak ada kata terlambat dalam kebaikan. Sekadar niat pun sudah tercatatkan sebagai amal kebaikan, apalagi jika kita benar-benar melakukannya. Maka siaplah menerima limpahan rahmat-Nya. Insya Allah. []



Gambar: image.tempointeraktif.com 

0 Komentar:

Posting Komentar