Bagi
seorang calon ayah, menanti detik-detik kelahiran bayi pertama adalah
hal yang sangat mendebarkan. Nah, hal itu pula yang saat ini tengah
saya alami. Sungguh, berada dalam situasi ini sangat tidak
mengenakan. Terlebih, usia kemahilan istri sudah melewati HPL (Hari
Perkiraan Lahir) yang telah diprediksikan dokter. Jadi, rasa waswas
yang sudah berlebih, serasa kian akut karena masalah ini.
Sesuai
dengan arahan dokter, kami juga telah melakukan berbagai cara agar
bayi yang ada dalam kandungan bisa segera lahir dengan normal. Dari
memperbanyak aktivitas jalan, memperlama sujud, sampai berjalan merangkak
seperti anak kecil pun sudah kami coba. Tapi, entah kenapa seakan
belum menemukan titik terang. Walau demikian, istri saya tak patah
semangat, setiap pagi dan malam—kira-kira selama 10 menit—ia
selalu merutinkan untuk melakukan hal-hal yang disarankan dokter,
terutama memperlama sujud dan berjalan merangkak.
Sebelumnya,
istri sempat down mentalnya setelah memeriksakan kandungannya
ke salah satu klinik di kota pelajar ini. Di akhir pemeriksaan, sang
dokter memberitahukan bahwa istri saya divonis tidak dapat melahirkan
secara normal alias harus melalui operasi caesar. Dan yang lebih
disesalkan lagi, cara menyampaikan kabar tersebut sangat tidak
memerhatikan kejiwaan seorang calon ibu yang mengandung anak pertama,
"Ibu tidak bisa melahirkan secara normal, harus dengan sesar." Ya, kata itu yang keluar dari sang dokter. Bak mendengar sesuatu yang sangat tidak bisa diterima nalar, istri
saya langsung lemas dan menangis.
Sebenarnya hal tersebut tidak perlu
terjadi jika sang dokter yang memeriksa istri saya menyampaikannya
dengan bahasa yang lebih bisa membesarkan hati, misalnya: "Maaf,
berdasarkan pemeriksaan kami, ibu hanya memiliki peluang kecil untuk
bisa melahirkan secara normal, tapi ibu tetap harus berusaha dengan
melakukan langkah ini dan langkah itu agar segera
terjadi kontraksi. Kalaupun semua itu sudah dilakukan, namun
kontraksi yang diharapkan tidak terjadi, maka yakinlah Allah Swt pasti
punya rencana yang lebih baik dari yang kita bayangkan." Mungkin
jika kalimat ini yang keluar, istri saya tidak begitu mengalami
kepanikan dan shock yang
sangat mengejutkan.
Ini
mengindikasikan bahwa seorang praktisi kesehatan, baik perawat,
bidan, maupun dokter wajib mengetahui ilmu psikologi agar
kejadian yang menimpa istri saya tidak terulang kembali. Setelah
kejadian itu, saya sempat kesusahan mengembalikan kepercayaan diri
istri saya. Tapi alhamdulillah, dengan sedikit bersabar istri saya
pun menyadari bahwa apa pun yang akan terjadi—lahir normal ataupun
caesar—adalah keputusan Allah yang pasti baik untuk hamba-Nya.
Dari
kisah tersebut ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai
pelajaran. Pertama, jika ingin memeriksakan kandungan,
temanilah istri Anda karena pada saat kejadian saya sedang bekerja
sehingga tidak bisa langsung memberikan nasihat yang bisa membesarkan
hatinya. Kedua, pilihlah dokter yang sudah berpengalaman
sekaligus menguasai psikologi pasien sehingga jika ada informasi
kurang baik yang harus disampaikan kepada pasien, sang dokter bisa
memilih diksi yang lebih tepat. Misalnya, seorang yang secara medis tidak
berumur panjang karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya, tidak
harus disampaikan secara menakutkan tapi bisa dengan pemaparan yang
bisa memebesarkan hatinya. Jangan sampai pasien yang sudah jatuh
harus ditimpa tangga pula. Kan kasihan. Ketiga, para
praktisi kesehatan bisa lebih bijak lagi dalam menyampaikan hal-hal
yang bisa membuat mental pasien turun. Malah kalau bisa selalu
membesarkan jiwa pasien, walau masalah yang dihadapi amat pelik.
Di
hari-hari terakhir bulan Juni 2012 ini, saya masih menunggu kelahiran
anak saya yang pertama. Di sela-sela ikhtiar kami, doa tak pernah
putus kami penjatkan kehadirat-Nya. Semoga bayi yang ada dalam
kandungan isrti saya bisa lahir ke dunia dengan selamat. Pun istri
bisa melewati fase ini dengan penuh kesabaran, dan diberi keselamatan oleh Allah tentunya. Tak lupa, kepada siapa
pun yang membaca coretan ini, kami mohon doanya semoga Allah Swt memudahkan proses kelahiran anak kami yang pertama. Terima kasih. []
Gambar: ayah4anak.blog.com
Gambar: ayah4anak.blog.com
0 Komentar:
Posting Komentar