Menjelang akhir tahun 2011 berbagai
media massa menyuguhkan kaleidoskop sepanjang tahun ini. Bukan
menambah bahagia, tapi makin mengingatkan duka lara di waktu-waktu
silam. Berita-berita yang setiap hari disuguhkan kepada masyarakat hanya berputar pada hal-hal itu saja. Ya, kita sudah begitu hafal, setiap
mentari pagi muncul berita yang disuguhkan hanya berkisar pada kasus
korupsi, perdagangan wanita, narkoba, perampokan, pembunuhan, kemiskinan,
kemacetan, ketidakadilan, dan seabreg masalah yang sepertinya tak
ada ujungnya di negeri ini.
Saya dan mungkin Anda sudah jengah
bukan dengan berita-berita yang saya sebutkan di atas. Tapi
sepertinya kian hari tak ada perubahan yang berarti. Beritanya kian
menjadi-jadi, seakan urat malu sudah tak ada yang tersisa dalam diri
manusia (para politisi) di negeri ini.
Bahkan sepertinya kasus di Bima dan
Mesuji tak ada artinya di mata para politisi. Mereka malah saling
tuduh bahwa kasus-kasus yang tengah merebak adalah konspirasi
pihak-pihak yang tidak setuju dengan pemerintah. Saya rasa tidak
perlu berpikir sejauh itu, nyatanya rakyatlah yang menjadi korban.
Jadi, tak usah mencari pembenar atau malah mencari kambing hitam.
Suka atau tidak suka inilah kenyataannya. Selalu saja setiap ada
huru-hara yang terjadi pengklaiman bahwa ada tindakan orang lain yang
merongrong pemerintah. Mengapa pemerintah sekarang tidak mengevaluasi
diri atau setidaknya akuilah kalau memang ada kekurangan, jangan
hanya mencari kambing hitam. Di sisi lain, jika ada secuil saja
keberhasilan yang hanya dinikmati oleh segelintir orang diklaim
sebagai keberhasilan pemerintah yang begitu hebat. Mengapa kita tidak
belajar bagaimana etika para politisi di negeri sakura, Jepang? Apa
yang mereka lakukan ketika berhasil dan apa yang mereka lakukan
ketika gagal...? Saya yakin pemerintah kita sudah sangat tahu jawabannya
karena kunjungan luar negeri pun sudah tak terhitung lagi jumlahnya
sehingga ilmu yang di dapat pun tak bisa di bilang sedikit.
Sepanjang yang saya amati, rakyat sudah
tidak butuh lagi janji-janji yang hanya berakhir di spanduk, poster,
baliho, dan kampanye, tapi yang rakyat butuhkan adalah bukti. Bukti bagaimana merealisasikan agar rakyat bisa
makan tiga kali sehari, bisa berteduh dari teriknya matahari, bisa
menghidupi dengan layak anak dan istri, bisa mengenyam bangku pendidikan, bahkan bisa berderma pada
yang membutuhkan. Tidak usah banyak bicara, lakukan saja tugas engkau
sebagai pemimpin di negeri ini. Masih banyak kasus yang butuh
diselesaikan, bagaimana nasib rakyat korban Lumpur Lapindo, bagaimana
kasus Bank Century, bagaimana kisruhnya PSSI yang tanpa prestasi, bagaimana kasus korupsi yang terus menggurita,
dan masih banyak lagi yang lain yang tak sanggup untuk saya sebutkan
karena hanya akan semakin menyayat hati. Tak usah risau dan galau
jika ada yang mengkritik atau menginterupsi. Jadikanlah itu sebagai
cambukan untuk lebih mawas diri dan berhati-hati. Tak ada gunanya
engkau mendebat atau bahkan menyumpah-serapahi para pengkritik kalau
engkau pun tak segera memperbaiki diri.
Wahai pemimpin kami, ketahuilah apa
yang kau perbuat hari ini akan kau pertanggungjawabkan kelak di hari
yang maha adil. Tak ada suap, tak ada kong-kalikong, atau apa pun
namanya yang begitu melekat dengan negeri ini. Bertobatlah, karena
tak ada kata terlambat untuk bertobat selama malaikat Izrail belum menghampiri. Sebagai pemimpin sudah selayaknya engkau membawa kami
ke ranah yang benar dan diridhai Illahi. Inilah harapan kami, rakyat kecil di pelosok negeri. []
Sumber: bangaziem.files.wordpress.com
Sumber: bangaziem.files.wordpress.com
0 Komentar:
Posting Komentar