Sabtu, 31 Desember 2011

Antara Janji dan Bukti

Menjelang akhir tahun 2011 berbagai media massa menyuguhkan kaleidoskop sepanjang tahun ini. Bukan menambah bahagia, tapi makin mengingatkan duka lara di waktu-waktu silam. Berita-berita yang setiap hari disuguhkan kepada masyarakat hanya berputar pada hal-hal itu saja. Ya, kita sudah begitu hafal, setiap mentari pagi muncul berita yang disuguhkan hanya berkisar pada kasus korupsi, perdagangan wanita, narkoba, perampokan, pembunuhan, kemiskinan, kemacetan, ketidakadilan, dan seabreg masalah yang sepertinya tak ada ujungnya di negeri ini.

Saya dan mungkin Anda sudah jengah bukan dengan berita-berita yang saya sebutkan di atas. Tapi sepertinya kian hari tak ada perubahan yang berarti. Beritanya kian menjadi-jadi, seakan urat malu sudah tak ada yang tersisa dalam diri manusia (para politisi) di negeri ini.

Bahkan sepertinya kasus di Bima dan Mesuji tak ada artinya di mata para politisi. Mereka malah saling tuduh bahwa kasus-kasus yang tengah merebak adalah konspirasi pihak-pihak yang tidak setuju dengan pemerintah. Saya rasa tidak perlu berpikir sejauh itu, nyatanya rakyatlah yang menjadi korban. Jadi, tak usah mencari pembenar atau malah mencari kambing hitam. Suka atau tidak suka inilah kenyataannya. Selalu saja setiap ada huru-hara yang terjadi pengklaiman bahwa ada tindakan orang lain yang merongrong pemerintah. Mengapa pemerintah sekarang tidak mengevaluasi diri atau setidaknya akuilah kalau memang ada kekurangan, jangan hanya mencari kambing hitam. Di sisi lain, jika ada secuil saja keberhasilan yang hanya dinikmati oleh segelintir orang diklaim sebagai keberhasilan pemerintah yang begitu hebat. Mengapa kita tidak belajar bagaimana etika para politisi di negeri sakura, Jepang? Apa yang mereka lakukan ketika berhasil dan apa yang mereka lakukan ketika gagal...? Saya yakin pemerintah kita sudah sangat tahu jawabannya karena kunjungan luar negeri pun sudah tak terhitung lagi jumlahnya sehingga ilmu yang di dapat pun tak bisa di bilang sedikit.

Sepanjang yang saya amati, rakyat sudah tidak butuh lagi janji-janji yang hanya berakhir di spanduk, poster, baliho, dan kampanye, tapi yang rakyat butuhkan adalah bukti. Bukti bagaimana merealisasikan agar rakyat bisa makan tiga kali sehari, bisa berteduh dari teriknya matahari, bisa menghidupi dengan layak anak dan istri, bisa mengenyam bangku pendidikan, bahkan bisa berderma pada yang membutuhkan. Tidak usah banyak bicara, lakukan saja tugas engkau sebagai pemimpin di negeri ini. Masih banyak kasus yang butuh diselesaikan, bagaimana nasib rakyat korban Lumpur Lapindo, bagaimana kasus Bank Century, bagaimana kisruhnya PSSI yang tanpa prestasi, bagaimana kasus korupsi yang terus menggurita, dan masih banyak lagi yang lain yang tak sanggup untuk saya sebutkan karena hanya akan semakin menyayat hati. Tak usah risau dan galau jika ada yang mengkritik atau menginterupsi. Jadikanlah itu sebagai cambukan untuk lebih mawas diri dan berhati-hati. Tak ada gunanya engkau mendebat atau bahkan menyumpah-serapahi para pengkritik kalau engkau pun tak segera memperbaiki diri.

Wahai pemimpin kami, ketahuilah apa yang kau perbuat hari ini akan kau pertanggungjawabkan kelak di hari yang maha adil. Tak ada suap, tak ada kong-kalikong, atau apa pun namanya yang begitu melekat dengan negeri ini. Bertobatlah, karena tak ada kata terlambat untuk bertobat selama malaikat Izrail belum menghampiri. Sebagai pemimpin sudah selayaknya engkau membawa kami ke ranah yang benar dan diridhai Illahi. Inilah harapan kami, rakyat kecil di pelosok negeri. []



Sumber: bangaziem.files.wordpress.com

0 Komentar:

Posting Komentar