Selasa, 20 Desember 2011

Belajar dari "Si Kecil"

Sudah lama saya tidak membuka file-file di komputer pribadi karena akhir-akhir ini kegiatan lebih banyak dihabiskan di kantor. Terakhir mengotak-atik komputer pribadi sewaktu masih berkutat dengan tugas-tugas kuliah dan urusan skripsi. Mencoba membuka-buka kenangan masa lalu. Kadang tersenyum-senyum sendiri ketika membaca salah satu tugas kulaih. Teringat bagaimana suasana kelas, dosen mengajar, serta teman-teman yang tengah asyik berdiskusi.

Tak sengaja kulihat sebuah file yang pernah saya download di youtube. File itu bertuliskan Harun Yahya. Terdorong rasa penasaran akhirnya  saya klik file tersebut. Ternyata isinya mengenai keajaiban penciptaan hewan. Nah, salah satu yang paling saya suka adalah mengenai keajaiban penciptaan semut dan lebah. Rasanya, ada baiknya juga melihat tayangannya di media player. Ya, sekadar untuk me-refresh kembali pikiran yang penat karena seharian bekerja. Walau mata sudah tidak terlalu bisa diajak kompromi, tapi tetap saya paksakan untuk menonton juga.

Sungguh, saya—mewakili umat manusia—jadi malu ketika melihat isi dari video tersebut. Bagaimana tidak, makhluk kecil seperti mereka (lebah dan semut) memiliki tatanan hidup yang jauh lebih maju daripada manusia yang aturan hidupnya (baca:undang-undang) selalu diamandemen jika dirasa ada yang kurang pas dengan kehidupan manusia. Semut misalnya, semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala juga disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan (http://id.wikipedia.org/wiki/Semut). Terkadang jumlah semut dalam satu koloni juga bisa mencapai jutaan, begitu yang disebutkan dalam video tersebut.

Sungguh menakjubkan, semut yang hidup secara berkoloni dapat hidup teratur tanpa ada yang protes dengan kedudukannya, baik yang sebagai semut pekerja, semut pejantan, ataupun yang menjadi ratu semut. Semua bekerja keras sesuai dengan tugasnya masing-masing demi kelangsungan hidup koloni. Padahal manusia juga sebenarnya hidup berkoloni (baca: bermasyarakat), hanya saja mereka tidak seperti semut. Andai saja semua manusia bekerja demi berlangsungnya hidup yang harmonis, mungkin di dunia ini tidak akan ada lagi orang-orang yang kelaparan, tuna wisma, tuna aksara, dan berbagai “tuna-tuna” yang masih menjamur di berbagai belahan dunia.

Salah seorang bijak mengatakan, “Jika semua tempat adalah sekolah, maka semua orang adalah guru.” Pernyataan tersebut sungguh bijak, tapi bagi saya tidak hanya orang yang bisa kita jadikan sebagai guru/teladan. Hewan kecil seperti lebah dan semut pun bisa kita teladani sifat-sifat kegotongroyongannya. Sehingga, tidak mustahil untuk menciptakan tatanan masyarakat yang menurut orang Arab baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafuur. Jadi, tak ada kata menyerah selama hayat masih dikandung badan. Mari peduli pada sesama karena manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi yang lain. []



Gambar: i.dailymail.co.uk

2 komentar:

  1. bagus. aku juga pernah nulis tentang semut mas, check it out please :) http://cameliacafe.blogspot.com/2008/12/miracle-of-ant.html

    BalasHapus
  2. Semoga kita bs meneladaninya. Siip...cb aku klik dulu...

    BalasHapus