Rabu, 21 Desember 2011

Korupsi kok Lupa...Tanya Kenapa?

Menelusuri tingkah dan polah manusia memang tidak ada habisnya. Mungkin bisa dikatakan tak ubahnya menelusuri biang korupsi (lintah uang rakyat) di Indonesia yang teramat sulit untuk dicari jejak langkahnya.

Korupsi sepertinya sudah mendarah daging bagi sebagian manusia di Republik ini. Tak bisa dimungkiri dari tingkat RT sampai Pejabat Negara pun pernah melakukan tindakan tak terpuji ini. Sungguh disayangkan, negara yang mayoritas Muslim dan menjunjung adat ketimuran ini masih juga sulit untuk melepaskan diri dari belenggu korupsi. Bahkan, berdasarkan data Lembaga Transparansi Internasional menyebutkan tahun 2011 Indonesia memiliki indeks persepsi korupsi 2,8 dengan skala 0 hingga 10. Berdasrakan indeks persepsi korupsi ini, Indonesia dipersepsikan sangat korup. Indeks ini tidak berubah dari indeks tahun 2009 dan 2010. Dari 178 negara  yang disurvei, Indonesia berada di peringkat ke-110, sedangkan di Asia, Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai negera terkorup.

Mengurai  kasus korupsi tak ubahnya mengurai benang kusut yang menyelubungi bumi. Karena semakin kasus itu diurai ternyata rantai yang terhubung dengannya semakin banyak.  Lihat saja kasus-kasus korupsi yang terbaru (Gayus Tambunan dan Nazarudin), kedua orang ini diduga hanya merupakan bagian kecil dari “organisasi” yang menjadi payaung para koruptor. Alih-alih menangkap “si mbahnya” koruptor, kasus ini malah tak ada juntrungannya sampai sekarang (atau memang sengaja dibuat berbelit-belit seperti birokrasi di Republik ini).

Lebih miris lagi kasus yang masih hangat ditangani oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tersangka kasus penyuapan cek pelawat yang melibatkan sejumlah anggota DPR masih jalan di tempat. Pasalnya, “si Nunun Nurbaiti” yang namanya sedang santer diberitakan awak media ini mengaku dan diduga mengalami  penyakit lupa ingatan.

Sepertinya penyakit ini memang sangat suka menghinggapi para tersangka kasusu korupsi. Malah jadi teringat dengan candaan orang-orang bawah, “Stroke itu penyakit orang kaya, kalau orang miskin enggak bakalan kena penyakit ini.” Rasanya memang aneh, penyakit kok bisa tahu status sosial seseorang. Tapi, terlepas dari itu semua kayaknya potret buram korupsi di Indonesia ini akan tak ada selesainya selama para pelaku korupsi yang tertangkap selalu mengalami penyakit lupa dan para penegak keadilan (Polisi, Jaksa, KPK, dsb) tidak benar-benar bekerja secara maksimal dan selalu tebang pilih. Terakhir, yang masih mengganjal di benak saya, mengapa ketika mau menyuap, mencuri, atau mengkorupsi uang rakyat si pelaku tidak mengalami penyakit lupa yang mengakibatkan dirinya tidak mengenal yang namanya UANG. Aneh ya, tanya kenapa...???!!! []



Gambar: www.optikmelawai.com

0 Komentar:

Posting Komentar