Meski sekarang tengah terjadi gencatan senjata, tetap tak
bisa dijadikan jaminan bahwa keadaan telah aman. Belajar dari sejarah; Yahudi
Israel selalu melanggar perjanjian gencatan. Karenanya, waspada tetap harus
dikedepankan. Pun para awak media karena baru-baru ini mereka juga menyasar
para jurnalis yang memberitakan fakta sebenarnya.
Kini, “tamu” yang dahulu meminta tempat untuk menginap, malah
menjadi “rampok” yang tak tahu cara bersikap hormat. Tak cukup dengan merampas
tanah orang-orang Palestina, mereka—si Zionis tak tahu adab itu—berusaha
melakukan pemusnahan bangsa sebagaimana yang tengah terjadi di Rohingya.
Sungguh, Zionis Yahudi itu benar-benar tak tahu arti berterima kasih. Layaknya
parasit, tak cukup “numpang” tapi juga “menyingkirkan” sang tuan rumah.
Sayang beribu sayang, insan pers yang terkenal dengan
keobjektivitasannya menodai fakta di atas dengan amat tak beradab. Bagaimana
mungkin rakyat Palestina yang tengah dirundung duka karena menyaksikan sesama
warga, tetangga, atau bahkan keluarga mereka dibantai oleh Yahudi la’natullah,
diberitakan sebagai otak dari kerusuhan ini. Di mana nurani para pembaca berita
yang dengan sunggingan manis mengatakan bahwa hampir sepanjang hari ini
kelompok Hamas Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel. Sementara kita
tahu, bahwa Israel-lah yang melakukan serangan terlebih dahulu.
Tak hanya itu, sang pembawa berita juga tak menyebut berapa roket
yang diluncurkan Yahudi Israel ke tanah Palestina. Dan, kita tahu ratusan roket
telah mereka luncurkan. Tak hanya media elektronik, media cetak maupun on-line pun
yang notabene pendukung Yahudi juga tak mau kalah, bahkan mereka sering membuat
judul-judul yang sangat bombastis, misalnya “Diserang Roket, 2 Warga Israel
Tewas”, “Hamas Membombardir kota Tel Aviv”, dan sebagainya. Padahal faktanya,
sudah teramat banyak nyawa orang Palestina yang direnggut oleh Yahudi Israel
sejak berpuluh tahun silam. Dan, yang dibombardir bukan Tel Aviv, tapi
Palestina. Seluruh warga dunia juga tahu fakta sebenarnya. Jadi, sangat kentara
jika media ini tengah membohongi para pemirsanya.
Pemberitaan yang sangat berbau konspirasi ini, tak hanya sekali
terjadi. Sebelumnya, media ini juga telah melakukan pemfitnahan dengan
memberitakan bahwa Rohis di sekolah-sekolah adalah pintu gerbang masuknya
ajaran-ajaran terorisme. Sontak seluruh aktivis Rohis geram dengan media ini.
Karena banyaknya tekanan, akhirnya media berinisial MT ini melakukan permohonan
maaf.
Kabar terakhir, mereka juga diprotes oleh warga di Poso karena memberitakan
kejadian dengan tidak berdasarkan fakta (http://www.atjehcyber.net/2012/11/pemberitaan-tidak-benar-warga-poso.html#).
Intinya, media ini sangat bersemangat jika ada berita yang bisa digarap untuk
menyudutkan umat Islam. Kita juga bisa menyaksamai salah satu mantan
karyawannya yang membeberkan konspirasi yang ada di media ini. Anda bisa
menyimaknya di laman ini http://zilzaal.blogspot.com/2012/09/pengakuan-orang-dalam-tentang.html.
Dan, ketika warga Gaza, Palestina dibantai habis-habisan oleh Israel seperti
yang kita lihat saat ini, mereka diam tak bersuara malah memfitnahnya dengan
cara yang tak terduga. Sungguh sangat miris, bukan?! Sepertinya mereka perlu
membaca lagi kode etik jurnalistik, dan menerapkannya di saat mereka bekerja.
Akhirnya, semoga dunia jurnalistik yang dahulu terkenal dengan
keobjektivitasannya bisa kembali kita dapati. Dan, semoga warga Muslim di
Gaza yang hingga saat ini masih terzalimi oleh “tamu” yang tak tahu balas budi
ini, segera mendapatkan pertolongan Allah dari arah yang tak terduga-duga. Kita
pun bisa membantu mereka dengan berbagi rezeki yang kita punya, banyak sekali
LSM yang akan menyalurkan donasi Anda. Atau paling tidak, mari doakan
mereka dalam setiap harap yang kita panjatkan kehadirat-Nya. []
Sumber gambar: 2.bp.blogspot.com
0 Komentar:
Posting Komentar