Rabu, 21 November 2012

Alma pun Bisa Memperhatikan

Menjelang usia 5 bulan, Alma—anak saya—sudah mulai latihan tengkurap. Senang bukan kepalang ketika sepulang kerja saya dapati dia sedang asyik bermain dengan ibunya dalam posisi badan tertengkurap. Awalnya, saya sempat bimbang dengan tubuhnya yang lumayan gemuk karena sangat mungkin akan mengalami kesulitan saat ia akan membalikkan badan.

Meski di usia 4 bulan berat badannya sudah mencapai 7 Kg, tapi ini bukan karena mengonsumsi susu formula. Sedari awal saya dan istri sudah bertekad untuk memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif kepada buah hati kami hingga dia berumur 2 tahun. Jadi, gemuknya anak saya, yang masih dalam batas kewajaran dinilai dokter sebagai manfaat dari terserapnya ASI secara optimal. Karena akan berbeda dengan anak yang diberi susu formula, gemuknya bukan karena sehat tapi lebih ke kondisi tertumpuknya lemak dalam tubuh si bayi.


Tak hanya itu, saya juga mengamati pancaindranya yang sudah bisa digunakan walaupun belum maksimal. Suatu sore, saat saya dan istri tengah mengaji, Alma terlihat diam memperhatikan bahkan bisa dianggap ikut hanyut dalam bacaan kami. Mulanya kami tidak begitu peduli, saya pikir bayi tak akan mengerti, tapi lama-lama saya jadi penasaran. Terbetiklah suatu niat untuk melakukan eksperimen kecil-kecilan terhadap indra pendengarannya.

Berhubung isu musik mozart begitu gencar di masyarakat, saya pun mencoba memperdengarkan musik itu pada Alma (kebetulan salah satu pamannya membelikan buku mozart plus CD-nya). Responnya tak begitu sesuai dengan isi buku, malah bisa dikatakan jauh. Alma justru tak tenang ketika mendengar beberapa musik yang diklaim sebagai musik-musik mozart itu. Gagal pada percobaan pertama, saya mencoba memperdengarkan lagu-lagu anak yang lazim di Indonesia, seperti Lihat Kebunku, Balonku, Pelangi-Pelangi, hingga Bintang Kecil. Kesemuanya juga tak begitu berefek, tapi setidaknya dia sedikit memperhatikan.

Belum puas sampai di situ, saya pun mencoba lagu lain, terutama lagu-lagu yang berhubungan dengan ibu, misalnya lagu yang berjudul Kasih Ibu, Surga di Telapak Kaki Ibu, dan yang semisalnya. Sontak saya kaget, Alma begitu antusias mendengarkannya, bahkan dia ikut bersuara seolah-olah mengikuti apa yang saya nyanyikan. Saya jadi heran, ternyata anak seusia dia sudah bisa mengenali kata “IBU”, dan mungkin seorang bayi akan mengenali kata “IBU” beserta padanannya, seperti “Bunda”, “Mama”, “Umi”, atau bahkan “Mother”.

Satu lagi tes yang saya lakukan kepada Alma, yaitu memperdengarkan bacaan Al-Qur`an. Ketika saya mulai membaca ta’awudz, Alma seperti telah mengetahui salah satu etika ketika mendengar Al-Qur`an; diam memperhatikan. Saya lirik, dia terlihat begitu antusias memperhatikan. Pun ketika saya bacakan terjemahnya, dia masih betah untuk memperhatikan. Padahal waktu yang dibutuhkan bisa berkisar antara 10 s.d. 15 menit. Masya Allah, ternyata anak bayi pun amat memahami bahwa Al-Qur`an adalah kalamullah. Semoga kita bisa belajar dari fenomena ini bahwa sungguh kuasa-Nya amat tak terbatas hingga kita pun bisa memetik hikmah dari makhluknya yang masih teramat lemah bernama bayi. []



Gambar: 4.bp.blogspot.com

0 Komentar:

Posting Komentar